Diposkan pada Kepramukaan, Pendidikan, Penegak dan Pandega

Kami Ingin Terus Berkarya

Gambar

 (Sebaris cerita tentang Sejarah berdirinya Ambalan Rakai Pikatan – Pramodawardhani)

Oleh: Kak dr. Satrio Waskito

*****

Sebenarnya ide untuk membentuk sebuah ambalan di Pangkalan SMPN 10 Kota Bekasi telah ada sejak lama. Sebagai wadah bagi alumni Penggalang, wacana tersebut ada saat angkatan 2004 di tingkat/kelas II dan angkatan 2003 di tingkat/kelas III. Tapi sayang, wacana itu tinggal wacana tanpa ada follow up lanjutan.

Pada tahun 2004, tepatnya di tanggal HUT Pramuka 14 Agustus, terjadi sebuah diskusi kecil yang kemudian sangat menentukan nasib dari sebuah wacana pembentukan Ambalan. Diteras masjid Bumi Perkemahan Cibubur muncul sebuah kesepakatan bahwa ambalan di Pangkalan SMPN 10 Kota Bekasi bukan suatu wacana lagi tapi harus diwujudkan. “Kapan?” Jawabannya adalah sesegera mungkin. Saat itu semangat yang muncul sangat tinggi terlihat dari wajah Kak Idcham Nurjaman Saputra (Kak Idam), Kak Irwan Syahripudin (Kak Iwack), Kak Jamaludin (Kak Jamal), Kak Satrio Waskito (Kak Satrio), Kak Jaeni Supratman (Kak-Jay) dan lain – lain.

Pembicaraan kemudian harus direalisasikan sebelum bergerak tentunya harus ada restu Kak Nesan Asrip Saputra (Kak Nesan) selaku Pembina Gugus Depan. Inilah hal yang dirasa sebagai puncak pergulatan emosi untuk mewujudkan cita-cita. Cita-cita yang esensi-nya lebih jauh dari sekedar latah terhadap Pangkalan – Pangkalan SMP lainnya.

Lucu dan aneh…. Lanjutkan membaca “Kami Ingin Terus Berkarya”

Diposkan pada Kepramukaan, Other, Penegak dan Pandega, Penggalang, Siaga

ARTI LAMBANG AMBALAN RAKAI PIKATAN-PRAMODAWARDANI

Image

  1. A.   ARTI WARNA

MERAH

Melambangkan keberanian dan tanggung jawab, baik dalam  berpikir, berkata dan bertindak.

BIRU

Melambangkan keharmonisan dan keselarasan, baik antara anggota maupun dengan masyarakat. Selain itu, melambangkan birunya langit sebagai naungan dan luhurnya cita-cita bersama.

HIJAU

Melambangkan keadilan dan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan. Selain itu, melambangkan bumi tempat kita berpijak dan kerendahan hati dalam bersikap Lanjutkan membaca “ARTI LAMBANG AMBALAN RAKAI PIKATAN-PRAMODAWARDANI”

Diposkan pada Kepramukaan, Other, Pendidikan, Penegak dan Pandega, Penggalang, Siaga

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 dan Penjelasannya

Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan.

Pendidikan kepramukaan merupakan salah satu pendidikan nonformal yang menjadi wadah pengembangan potensi diri serta

memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup untuk melahirkan kader penerus perjuangan bangsa dan negara. Di samping

itu, pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan oleh organisasi gerakan pramuka merupakan wadah pemenuhan hak warga negara

untuk berserikat dan mendapatkan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pasal 28, Pasal 28C, dan Pasal 31 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Gerakan pramuka yang pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1912 disebut kepanduan terus berkembang dalam dinamika

politik didasari oleh politik yang memecah belah bangsa. Namun kegiatan kepanduan di tanah air tetap memiliki komitmen yang sama

yaitu menentang kebijakan pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan berjuang menuju Indonesia merdeka. Sejarah mencatat bahwa

gerakan kepanduan melahirkan sikap patriotisme kaum muda yang pada muaranya mematangkan momentum sumpah pemuda

28 Oktober 1928 dan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah kemerdekaan Presiden Republik Indonesia Soekarno mengumpulkan 60 (enam puluh) organisasi kepanduan untuk

dikonsolidasikan menjadi kekuatan pembangunan nasional. Untuk itu, Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 238

Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang intinya membentuk dan menetapkan gerakan pramuka sebagai satu-satunya perkumpulan

yang memiliki kewenangan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia.

Perkembangan gerakan pramuka mengalami pasang surut dan pada kurun waktu tertentu kurang dirasakan penting oleh Lanjutkan membaca “Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 dan Penjelasannya”

Diposkan pada Kepramukaan, Other, Pendidikan, Penegak dan Pandega, Penggalang, Siaga

PERENCANAAN DAN PROGRAM KERJA PRAMUKA

“…..Kepramukaan adalah salah satu pendidikan luar sekolah, yang bertujuan untuk mempersiapkan anggotanya sebagai menusia penerus cita-cita perjuangan pembangunan bangsa, yang memiliki kemampuan dan keterampilan, guna kehidupan dalam bermasyarakat. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, kepramukaan melaksanakan pendidikan luar sekolah sebagai upaya mengembangkan kepramukaan itu sendiri.

Saat ini, kepramukaan telah berkembang mengikuti perkembangan jaman. Walaupun kepramukaan adalah pendidikan luar sekolah, namun untuk saat ini pelaksanaan pendidikan tersebut bergabung dengan pendidikan sekolah. Dan dalam pelaksanaannya, kepramukaan justru berperan sebagai faktor pendukung dalam pengembangan sekolah. ….”

 

Penggalan tersebut merupakan bagian dari latar belakang suatu program kerja Gerakan Pramuka. Mengapa perlu adanya perencanaan dan porgram kerja, karena dalam melakukan suatu kegiatan, baik kegiatan jangaka pendek, menengah maupun jangka panjang, bahwa

 “PERENCANAAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN KEGIATAN YANG BAIK, DAN PERENCANAAN YANG YANG BURUK AKAN MENGHASILKAN KEGIATAN YANG BURUK”.

Berikut merupakan contoh program kerja dan perencanaan yang bisa di unduh, lengkap dengan lampiran alokasi waktu nya.

01. Program Kerja Penggalang 2010-2011

Lampiran I Alokasi Waktu

Lampiran II Struktur Organisasi MABIGUS Lanjutkan membaca “PERENCANAAN DAN PROGRAM KERJA PRAMUKA”

Diposkan pada Kepramukaan, Other, Pendidikan, Penegak dan Pandega, Penggalang, Siaga

BUKU-BUKU BADEN POWELL

Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, 1st Baron Baden-Powell, OM, GCMG, GCVO, KCB (lahir di Paddington, London, Inggris, 22 Februari 1857 – meninggal di Nyeri, Kenya, 8 Januari 1941 pada umur 83 tahun) ialah tentara, penulis dan pendiri gerakan kepanduan dunia.

Baden-Powell dilahirkan di Paddington, London pada 1857. Dia adalah anak ke-6 dari 8 anak profesor Savilian yang mengajar geometri di Oxford. Ayahnya, pendeta Harry Baden-Powell, meninggal ketika dia berusia 3 tahun, dan ia dibesarkan oleh ibunya, Henrietta Grace Smith, seorang wanita yang berketetapan bahwa anak-anaknya harus berhasil. Baden-Powell berkata tentang ibunya pada 1933, “Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya.”

Selepas menghadiri Rose Hill School, Tunbridge Wells, Baden-Powell dianugerahi beasiswa untuk sekolah umum Charterhouse. Perkenalannya kepada kemahiran pramuka adalah memburu dan memasak hewan – dan menghindari guru – di hutan yang berdekatan, yang juga merupakan kawasan terlarang. Dia juga bermain piano dan biola, mampu melukis dengan baik dengan menggunakan kedua belah tangan dengan tangkas, dan gemar bermain drama. Masa liburan dihabiskan dengan ekspedisi belayar atau berkanu dengan saudara-saudaranya.

Dia mengarang beberapa buku, di antaranya yakni :

[mau download, klik link dibawah ini]

Sea Scouting for Boy’s

Scouting Games

Scouting for Boy’s

Rovering to Succes

Girl Guiding

Cub Book

Aids to Scoutmastership

Aids to Scouting for CO&Men

Diposkan pada Kepramukaan, Other, Penegak dan Pandega, Penggalang, Siaga

LEADERSHIP IS THE SOUL OF SCOUTS

LEADERSHIP IS THE SOUL OF SCOUTS

Oleh : Fitri Aryani

The proverb says, “the leader can change hull of rices become gold” or “change sack of money become dust”. It’s mean, the leader is the important thing that determine progress and deterioration of organization.

The leadership is one of the attitudes that is needed by our selves. And the first thing that have to do is lead our selves, it’s mean before we become a leader, we have to lead our selves and then we can lead someone me or the organization.

How do we get the leadership ? We can get the leadership by following the organization. For the example, it’s scouting movement. One of the education patterns in scouting is the ledership. For example in drilling group responsibely. It proves that the leadership is soul of scouts. And the basic character.

In “Boyman”, I think there are some types of the leadership, there are :

  1. Bureaurat type is the type of the leader that obedient, accurate and firm with the rules.
  2. Missionary type is the type of the leader that open minded, helper and familiar.
  3. Development type is the type of the leader that has a lot of creativities, dynamic, good of giving command and believes with his members.
  4. Executive type is the type of the leader that can giving motivation, become guide for his members, diligent ang has good perceptions.

There are some characters that support the leadership of the leader :

  1. Religious
  2. Good mentality and physically
  3. Good spirit
  4. Familiar
  5. Honestly
  6. They have good skills
  7. They firm to take the decisions
  8. Smart and wise
  9. They have a lot of experiences
  10. They are trusted
  11. They can manage their emotions
  12. Equitable
  13. They can give commands, pracess and corrections
  14. They can be received advices
  15. Discipline and responsible

So, come on we make our personality as the leader that responsiblely and wisely by still practice our leadership by following scouting movement. It for our future and the development our country.

Diposkan pada Kepramukaan, Penegak dan Pandega

BE GOOD ROVER

BE GOOD ROVER

Oleh : Satrio W.S.,Purna DA Rakay Phikatan 2006-2007

 

 

Kehormatan itu suci,

Janganlah kurang amalmu dalam kesukaran,

Tenanglah dalam bahaya, katakanlah dalam sebenarnya

Janganlah sekali-kali setengah benar atau berarti dua

……………

Pemuda setia adalah orang yang sopan dan perwira

……………

(Sandi Ambalan Bhinneka Tunggal Ika)

 

Membaca petikan dari sandi ambalan nusantara tersebut mungkin pikiran kita akan menerawang betapa luhurnya harapan ibu pertiwi terhadap kita, para Penegak di bumi Nusantara ini. Dimana kejujuran menjadi landasan yang dominan disetiap sendi kehidupannya. Setiap pandu harus menepatinya tak peduli pandu itu ada di ujung Merauke ataupun  di pantai Pulau We.

Rekan-rekan Penegak,

Situasi moral dalam dunia modern mengajak kita untuk mendalami Kode Etik Pramuka yang merupakan salah satu cara mengatasi kesulitan moral yang dihadapi bangsa ini sebagai akibat dari banyaknya perubahan sosial. Kalau tidak di mulai dari diri kita sebagai seorang pemuda, lalu oleh siapa?. Itu kewajiban kita karena ketika mengucapkan Tri Satya, kita berjanji untuk memenuhinya. Ingat pula, saat itu kita mempertaruhkan kehormatan kita dan saat itu pula orang lain yang mendengarkan memberi hormat sebagai tanda bahwa mereka menyaksikan dan bersedia menjadi saksi atas janji kita.

Bangsa kita butuh bukti nyata bahwa kita sebagai Pramuka memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga tujuan pendidikan kepanduan yang dicetuskan Baden Powell bukanlah hanya sebatas pesan belaka. Melalui penerapan kode etik pula diharapkan agar kita menjadi  kader bangsa yang sekaligus kader pembangunan yang bermoral Pancasila.

Kita akui bersama bahwa untuk mengamalkan kode etik sekarang ini sangatlah sulit seiring bertambah majunya kehidupan. Tetapi kita tentunya tidak harus diam dan membiarkan diri kita terbawa pada arus yang menjerumuskan.Untuk melawannya  kita dapat memulai dengan sebuah hal yang sangat sederahana. Cobalah dengarkan suara hati.

Pada dasarnya setiap suara hati yang muncul merupakan isyarat baik yang membawa kita pada hal yang baik. Jika kita merasa saat ini suara hati kita masih negatif, itu bukan karena dasar diri kita yang negatif, tetapi itu hanya karena kita tidak terbiasa dan membiasakan diri untuk menggunakan suara hati tersebut.

Sebagai contoh, suatu ketika kita sedang makan di pinggir jalan tiba-tiba seorang anak perempuan kecil berusia lima tahun berdiri di depan kita, menatap makanan yang kita pegang dengan penuh harap. Suara hati apa yang muncul di dalam hati? Pasti ada suara hati yang mendorong kita untuk “ingin memberi” apa yang sedang dimakan.Hal ini membuktikan bahwa di dalam diri kita ada satu hal yang dapat menuntun kita pada kebaikan yaitu suara hati.

Bagaimana dengan penerapannya pada pengamalan kode etik? Suara hati memungkinkan untuk digunakan sebagai pengingat pada diri kita untuk selalu melakukan hal yang baik bagi sesama hidup. Sehingga tujuan pendidikan kepanduan yang kita jalani ini dapat tercapai. Yaitu memperbaiki mutu warga negara khususnya dalam hal watak dan kesehatan dengan selalu mengutamakan bakti dari pada kepentingan diri sendiri dan kemudian mampu membentuk kaum muda menjadi pribadi yang berdaya guna, baik rohani maupun jasmaninya. Selain itu juga untuk menumbuhkan rasa patriotisme terhadap bangsa.

Seorang Pramuka yang berguna bagi bangsa tentunya tidak hanya luhur dalam budi pekerti saja. Kita harus membuka diri bahwa teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Untuk mengimbanginya, kita dituntut menguasai ilmu pengetahuan. Dengan ilmu tersebut maka akan timbullah sebuah ‘life skill’ yang mampu diterapkan pada saat kita terjun di masyarakat.

Melalui perpaduan dari budi pekerti dengan dilandasi oleh suara hati yang luhur dan ilmu pengetahuan yang tinggi, maka hidup kita ini menjadi lebih berguna bagi sesama. Minimal, kita lakukan pada diri sendiri dan setelah itu kita ajak rekan-rekan pemuda yang lain untuk melakukan hal sama dengan kita. Sehingga tak akan ada lagi pemuda yang hidupnya habis di ujung jarum suntik atau di permukaan aspal, dan tak akan ada lagi perbuatan pemuda yang menimbulkan kenistaan bagi dirinya sendiri. Sebab diri mereka disibukkan pada penempaan diri yang salah satunya dapat diwujudkan melalui pendidikan Kepanduan.

Mari bersama-sama kita jawab harapan ibu pertiwi dengan sebuah kerelaan hati untuk menjadikan diri kita menjadi lebih baik. Kita tunjukkan pula bahwa Gerakan Pramuka, khususnya Penegak, kegiatannya bukanlah sekedar baris-berbaris, tepuk tangan dan bernyanyi-nyanyi, tapi lebih jauh dari pada itu. Disinilah watak dan kesehatan kita di bentuk menjadi pribadi yang berguna.

Selamat berlatih rekan-rekan Penegak untuk menjadikan kehidupan kita ini tidak sia-sia, penuh manfaat dan berdaya guna tinggi. Sehingga kita mampu untuk bina diri, bina satuan dan bina masyarakat. Semoga ridha Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita. Amin.

Diposkan pada Kepramukaan, Other, Penegak dan Pandega, Penggalang, Siaga

MAKNA PENDIDIKAN KEPANDUAN ATAU PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN

Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriot dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi pada masa depan.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan melalui jalur sekolah dan jalur luar sekolah. Pada jalur sekolah selain dilakukan kegiatan intrakurikuler, juga dilakukan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa dalam suatu susunan program pengajaran, di samping untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan kebutuhan lingkungan, dan juga untuk pengayaan wawasan dan sebagai upaya pemantapan kepribadian. Jalur luar sekolah tersebut antara lain Pendidikan Kepanduan atau pendidikan Kepramukaan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Gerakan Pramuka.

Pendidikan Kepramukaan yang dilaksanakan di sekolah merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan. Kegiatannya dilaksanakan melalui Gugusdepan Gerakan Pramuka yang berpangkalan di sekolah dan merupakan upaya pembinaan melalui proses kegiatan belajar dan mengajar disekolah. Melalui Pendidikan Kepramukaan ini dapat dilakukan penbinaan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila, pendidikan pendahuluan bela negara, kepribadian dan budi pekerti luhur, berorientasi, pendidikan kewiraswastaan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, persepsi, apresiasi dan kreasi seni.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Gerakan Pramuka SMP Negeri 10 Bekasi tepatnya tanggal 12 September 2004 mendirikan sebuah wadah pembinaan Pendidikan Kepramukaan  khususnya untuk usia Penegak dan Pandega, wadah tersebut di beri nama Ambalan Rakai Pikatan – Pramodawardhani, dimana tujuan awal pendirian ambalan adalah : ”Untuk mempersiapkan anggotanya sebagai manusia penerus cita-cita perjuangan pembangunan bangsa, yang memiliki kemampuan dan keterampilan, guna kehidupan dalam bermasyarakat. Dan nama baru-pun muncul sebagai panggilan bagi Anggota Gerakan Pramuka SMP Negeri 10 Bekasi, bukan hanya untuk anggota ambalan saja, tetapi juga bagi anggota penggalang yang sangat antusias dan aktif membaktikan dirinya di Gerakan Pramuka SMP Negeri 10 Bekasi, the name is : pandu_DASABALA.

Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya usia, sebagai pandu_DASABALA, terkadang saya mendapat pertanyaan. Dan pertanyaan itu bukan dari orang lain, melainkan dari dalam diri saya sendiri. Pertanyaan itu :

”Apa makna Pendidikan Kepanduan atau Pendidikan Kepramukaan bagi seorang pandu_DASABALA?”

Bayangan-bayangan masa lalu-pun hadir, ketika saya mulai bergabung bersama Gerakan Pramuka ”chaptoen” (sebutan untuk SMPN 10 Bekasi), mulai belajar bagaimana membuat simpul, mengartikan apa kalimat-kalimat sandi, apakah itu simaphore dan morse, apa yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan, gerakan yang benar dari sebuah baris-berbaris itu bagaimana, dan bagaimana mengkondisikan situasi yang mulai kacau hingga bisa tenang, serta masih banyak lagi sesuatu yang didapat dari sebuah Pendidikan Kepramukaan.

Ya…, pasti yang terjadi hanyalah bayangan-bayangan masa lalu yang seru ketika saya mulai bergabung yang hadir untuk menjawab pertanyaan itu, tidak lebih. Karena mungkin terlalu besar makna yang saya rasakan dari pendidikan kepanduan / kepramukaan tersebut. Sampai detik inipun, ketika diajukan pertanyaan yang sama oleh orang lain (bukan oleh pikiran), saya cuma bisa bilang, ”Makna sebuah pendidikan kepramukaan bukan untuk diucapkan oleh lidah, tetapi makna pendidikan kepramukaan untuk dirasakan oleh hati dan perasaan”.

Makna pendidikan kepramukaan bukanlah sesuatu yang instant yang bisa dirasakan saat ini, tetapi makna pendidikan kepramukaan bisa dirasakan ketika kita sudah melangkah ke dunia yang lebih keras. Karena disanalah kita bisa merasakan bagaimana pentingnya sebuah disiplin, di posisi bagaimana kita harus bisa menempatkan diri, dan inisiatif yang seperti apa yang harus kita miliki untuk mensiasati sebuah pekerjaan agar lebih mudah, yang semuanya itu [Alhamdulillah sudah saya rasakan] dapat saya lalui karena saya telah mendapat Pendidikan Kepramukaan.

Pernah suatu hari ketika saya sedang mengerjakan sesuatu, ponsel saya berbunyi, dan ketika saya buka sebuah pesan saya terima dari adik kelas saya yang sedang menempuh pendidikan kedokteran di Kota Jogyakarta, yang pada saat itu Dia sedang mengikuti kegiatan musyawarah tingkat nasional mahasiswa kedokteran di daerah Kalimantan, pesan itu kurang lebih tertulis :

”Bang, terima kasih sudah mengajari saya tentang teknik persidangan di Pramuka, karena sekarang saya ditunjuk untuk menjadi Presidium Sidang, tepatnya sebagai Ketua Sidang dalam Musyawarah Tingkat Nasional Mahasiswa Kedokteran. Alhamdulillah, ilmu yang diajari sekarang berguna.”

Bukan itu saja, ketika kami [para pandu_DASABALA] melaksanakan rutinitas bertukar pikiran dalam sebuah kumpul-kumpul, saya melontarkan kepada mereka satu pertanyaan, ”Kita kan ikut kegiatan Kepramukaan sudah cukup lama, kalo boleh saya tahu, apa manfaat kalian ikut Kepramukaan?”. Semua  yang ada diruangan itu terdiam, gak tahu bingung atau sedang memikirkan jawaban atas pertanyaan saya itu. Perlahan terdengar suara dari sebelah kanan saya :

”Kalo ditanya seperti itu, saya tidak dapat menjawab. Tapi, berada dimana saya sekarang ini adalah merupakan peran Kepramukaan. Ketika saya melamar ke sebuah perusahaan besar, saya mendapat panggilan untuk  sebuah test (mungkin beberapa test). Seperti biasa pasti ada Psikotest dan wawancara dalam sebuah proses tersebut. Kalo untuk psikotest, sudahlah biasa, karena diperusahaan manapun pasti seperti itu. Yang saya gak habis pikir adalah ketika saya ikut wawancara dengan pimpinan perusahaan tersebut. Ketika orang lain ditanya dengan pengalaman kerja, berapa besar gaji yang di inginkan, saya ditanya : Kegiatan apa yang kamu ikuti dan senangi. Spontan saya jawab : Pramuka. Karena dari kepramukaan saya memiliki disiplin yang mungkin lebih dari orang lain. Dan Alhamdulillah, jawaban-jawaban atas pertanyaan dari wawancara saya tersebut, menjadikan nilai lebih buat saya untuk diterima di perusahaan tersebut”.

Ketika satu dari kami sudah mulai bicara, gayungpun bersambut. ”Lingkungan tempat saya tinggal, merupakan contoh lingkungan yang masyarakatnya [apalagi para pemudanya], mengabaikan norma-norma. Mungkin kalo saya tidak bergabung bersama Kakak-kakak, saya gak tahu seperti apa saya sekarang ini. Saya bersyukur, dengan ikut bergabung di sini [di Kepramukaan] saya bisa menjaga diri dari sifat negatif dan sedikit banyak dapat menerapkan hal-hal positif di lingkungan tempat tinggal saya. Dan yang paling besar hal yang saya rasakan adalah sifat Kekeluargaan dan kebersamaan. Disini hal itu benar-benar ada dan nyata saya rasakan, terima kasih sudah melibatkan saya disini.”

Yang lain bilang, ”Kalo saya beda. Bukan pekerjaan dan bukan pergaulan, tapi tentang kemampuan diri. Sekarang saya di SLTA, dimana didunia SLTA saat ini (entah itu MA, SMA/SMU, maupun SMK), dituntut untuk menyamapikan materi, tugas, makalah, dan lainnya dengan metode Presentasi. Dan yang saya rasakan adalah kemampuan saya untuk menyampikan presentasi itu, lebih dari orang lain. Karena teman-teman saya bilang, ”guy’s, bisa banget loe nyampein presentasi, dapet ilmu dari mana?”. saya bilang, ”dari Pramuka”.

Dan ketika pertanyaan yang sama saya sampaikan kepada adik-adik saya yang saat ini baru menajajaki dunia kampus di semester pertama, mereka bisa bilang bahwa : ”Hampir semua pengalaman yang saya dapat dari Kepramukaan, membantu saya menemukan potensi diri, talenta dan mengenal diri lebih dalam, meningkatkan kemampuan dalam ber-interaksi dalam komunitas tertentu, mengungkapkan pendapat, bahkan berani untuk memotivasi orang lain”.

Itu merupakan beberapa contoh, bahwa pendidikan kepramukaan akan sangat berguna untuk anggota pramuka yang benar-benar mencintai Gerakan Pramuka dengan mengamalkan Dasa Darma dan Tri Satya. Karena sebagai seorang anggota pandu_DASABALA, biasanya sebuah tanggung jawab akan menyertai kita dalam berorganisasi. Kenapa saya katakan seperti itu ?, karena dari beberapa pengalaman yang ada dimanapun kami berada, kami merasa bahwa tanpa berorganisasi ”ada sesuatu yang kurang”. Pernah (secara pribadi) saya bilang pada diri saya bahwa : ”setelah kelas 3 (baik SMP atau SMA) saya akan fokus terhadap pelajaran untuk persiapan Ujian Nasional, jadi segala bentuk kegiatan akan saya lepas”. Namun pada kenyataannya, sampai dengan H-1 UN di SMP, saya sendiri masih ada pada sebuah kegiatan Kepramukaan. Bukan berarti karena saya mengesampingkan UN, tapi karena dengan adanya kegiatan seperti itu, semangat belajar saya bisa bertambah, dengan bisa berbagi bersama orang lain (peserta kegiatan) tentang bagaimana UN, apa yang mereka lakukan untuk menghadapi UN, dan hal-hal lain yang bisa memotivasi kita untuk tidak takut menghadapi sebuah ujian.

Di waktu yang lain, pernah seorang adik kelas bertanya kepada saya :

”Bang, apa yang harus saya lakukan jika saya ingin tetap melakukan kegiatan, sedang kondisi saya dituntut untuk belajar agar dapat prestasi yang bagus? .”

Dari pertanyaan itu saya hanya bisa jawab :

”lakukan apa yang kamu senangi selama hal itu tidak menggangu konsentrasi belajar kamu, dan justru akan menambah motivasi belajar kamu. Dan buktikan kepada semua orang bahwa kamu bisa dapat prestasi yang bagus, walaupun kamu aktif melakukan kegiatan.”

Kami menganggap bahwa dalam perjalanan kehidupan kami (khususnya saya) ”organisasi adalah sebagai rumah kedua”. Karena dari tempat ini [organisasi], kami bisa lebih mengenal dunia, jadi lebih memahami tentang seseorang, banyak mendapatkan ilmu yang tidak kami dapatkan dalam pendidikan formal. Sahabat kami bukanlah hanya sebatang tongkat dan seutas tali. Karena dari tempat ini [organisasi, khususnya ambalan], kami juga bisa mendapatkan sahabat-sahabat kami ; orang-orang yang bisa berbagi dalam kebahagiaan ; orang-orang yang mau diajak dalam kesusahan ; orang-orang yang bisa memotivasi ketika orang lain berada dibawah ; orang-orang yang bisa memberi pegangan ketika orang lain berada diatas ; orang-orang yang mau memberi dan diberi masalah ; orang-orang yang memberikan tawa, senyum, cinta, sayang dan airmata ; serta orang orang yang bisa memberikan bukti tentang keberadaan diri bahwa ’saya ada’.

Setidaknya ini semua membuktikan bahwa pendidikan kepanduan atau pendidikan kepramukaan yang telah kami dapat sebagian dan masih kami pelajari (karena sampai kapanpun pendidikan kepramukaan selalu berkembang), banyak memiliki kontribusi yang besar buat kami menjalani sebuah kehidupan dan selalu menjadi ’penasehat kami’ dalam pencarian jati diri kami sebagai manusia.

Biarkan orang lain masih membicarakan tentang : ”Apa artinya Pramuka?”, ”Untuk apa ikut Pramuka?” dan ”Apa gunanya Pramuka?”. Karena sekarang yang sedang kami diskusikan adalah ”Bagaimana Pendidikan Kepramukaan dimasa depan dan apa yang harus kami lakukan untuk perkembangan Pendidikan Kepramukaan?”.

Orang boleh bilang : ”Ikut Pramuka tidak akan bisa kaya”.

Tapi kami bisa bilang bahwa : ”Dengan ikut Pramuka kami jadi sangat kaya, kami memiliki banyak sekali harta, kebahagiaan ; ilmu pengetahuan ; dan ikatan persahabatan. Karena tujuan kami ikut Pramuka bukan untuk mencari sesuatu yang bersifat materil, tapi tujuan kami ikut Pramuka adalah mencari kebahagiaan hidup dan mencari tempat yang bisa untuk berbagi, saling memberi dan menerima kekurangan dan kelebihan sebagai manusia”. Dan kami menganggap bahwa Pendidikan Kepramukaan yang telah kami dapat, telah memunculkan keberadaan kami, sehingga kami bisa bilang bahwa ’Kami Ada’.

”Kami bukanlah orang baik-baik, tapi setelah apa yang kami alami di Kepramukaan, kami sadar bahwa kami telah menjadi orang yang lebih baik”.

”….Ingatlah bahwa :

  1. jadikan organisasi sebagai rumah-mu,
  2. makna pendidikan kepramukaan bukanlah sesuatu yang instant, yang bisa dirasakan saat ini, dan
  3. makna sebuah pendidikan kepramukaan bukan berada di lidah, bukan di mata, bukan di tangan, dan bukan di pikiran, tapi MAKNA PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN ADA DIDALAM HATI KITA”.