Diposkan pada Cerita Kecil, Special

CERITA DIUJUNG SENJA

Cerita Di Ujung Senja

 

Pagi belumlah lebar membuka mata dan sang fajar pun masih enggan untuk menghangatkan bumi Tuhan, ketika kumandang adzan shubuh saling bersahut-sahutan mengingatkan setiap hamba untuk bangkit dan menyadarkan diri bahwa kewajiban telah menanti. Kewajiban akan seorang hamba yang harus taat melaksanakan terintah Tuhan-nya. Tak terkecuali untuk dia, lelaki setengah baya yang kini terbaring lelap dalam tidur, diruang tiga kali empat meter, yang hanya berisi tempat tidur, satu buah meja kerja, satu lemari pakaian dari kayu peniggalan sang kakek yang sudah Nampak lapuk, dan dua buah rak buku yang hampr tak mampu menampung buku-buku yang dibaca oleh lelaki setengah baya itu. Kamar yang hanya beratapkan plafon yang terbuat dari triplek, disana tergantung satu buah lampu yang menerangi lelaki setengah baya itu ketika membaca dan bekerja. Dindingnya dengan warna hijau muda, yang selalu dijadikan peraduan setiap malam olehnya. Dua buah pintu yang berada di bagian depan dan samping kiri kamar itu, menambah sempit kamar tiga kali empat meter itu.

Wajah yang selalu terlihat lelah setiap akan beranjak tidur, kini terlihat nampak pucat dan gelisah. Tiak tahu apa yang terjadi, namun kegelisahan yang sepertinya berasal dari mimpi malam ini. Kegelisahan yang jarang dirasakannya. Kain sepanjang satu meter setengah yang biasa untuk selimutnya, seperti sudah tak terurus, seperti terbang dan lari dari badannya. Kain itu tergeletak dilantai, menyatu dengan sebuah sajadah lusuh yang biasa dia gunakan untuk mengadu pada Tuhan, ketika semua manusia tenang dalam tidurnya. Dan hanya sesosok tubuh, pucat, gelisah, dan terlihat penuh ketakutan.

“Uhuk…uhuk…uhuk… ..”

Terdengar suara batuk penuh dahak dari lelaki setengah baya itu. Dan karena batuknya, kini dia terduduk penuh cemas, sambil melihat samar tangan kanan yang menutup mulutnya. Tanpa merubah posisi duduknya, dia pun berbisik lirih “Asatagfirullah hal adzim… Yaa Rabb, berilah saya kekuatan untuk melewati ini semua, karena taka da keuatan yang bias melawan ini semua selain dari pada kekuatan Engkau.” Lanjutkan membaca “CERITA DIUJUNG SENJA”

Diposkan pada Dikdas, Dikjur, Dikmen, Dikti, Pendidikan

DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH

Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan, diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut adalah Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan.

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan amanat rakyat yang telah tertuang dalam UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 – 2004. Amanat rakyat ini selaras dengan kebijakan otonomi daerah, yang telah memposisikan kabupaten/kota sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan kepada satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah propinsi, kabupaten/kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder  pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (community-based participation)  dan manajemen berbasis sekolah (school-based management), yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi telah mulai dilaksanakan di Indonesia.

Untuk melaksanakan amanat rakyat tersebut, pada tahun anggaran 2001 Pemerintah telah melaksanakan rintisan sosialisasi pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di Propinsi Sumatera Barat, Bali, dan Jawa Timur masing-masing satu kabupaten/kota. Selain itu ada beberapa kabupaten/kota yang telah membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah berdasarkan inisiatif sendiri.

Berdasarkan hasil sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memang dipandang sangat strategis sebagai wahana untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Beberapa kalangan masyarakat yang diundang untuk memberikan masukan tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, pada umumnya sangat antusias dan mendukung sepenuhnya gagasan ini.

Sesuai dengan aspirasi berbagai kalangan masyarakat tersebut, maka proses pembentukan Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan memerlukan program sosialisasi dengan perencanaan yang matang. Agar program sosialisasi dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan: (1) materi sosialisasi berupa Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, (2) petugas sosialisasi, dan (3) koordinasi dengan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.

Atas dasar tersebutlah perlu adanya Komite dan Dewan Pembina Pendidikan pada sebuah sekolah. Dan berikut beberapa hal yang terkait dengan adanya Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan di Sekolah.

1. Dewan Pendidikan & Komite Sekolah

2. Komite Sekolah sebagai Organisasi

3. Modul1

4. Modul2 (baru)

5. Modul3

Diposkan pada Dikdas, Dikjur, Dikmen, Dikti, Pendidikan

PROGRAM BIMBINGAN KONSELING

Sekolah sebagai salah satu lingkungan yang bertanggungjawab untuk   mengembangkan peserta didik seoptimal mungkin , berfungsi tidak hanya sebagai unsur yang memudahkan perolehan pengetahuan atau keterampilan akademik tetapi juga mengembangkan pemahaman  diri melalui prestasi yang dicapai siswa, dan belajar memahami kemampuan-kemampuan yang dimiliki serta kekurangannya.

Siswa yang memiliki kepuasan dalam mengikuti pendidikan di sekolah dan memiliki perasaan bahwa guru memperlakukan dirinya dengan baik . Keadaan  ini akan mengembangkan kemampuan mengukur  kekuatan  dan kelemahan dirinya sehingga memudahkan  siswa  menentukan masa depannya.

Permasalahan  prilaku terjadi karena siswa bosan dan tidak ada minat terhadap kehidupan di sekelilingnya, dan ia berkelompok dengan anak-anak lainnya yang memiliki perasaan yang sama, hal ini sering terjadi bila anak gagal disekolah atau bila ia merasa gagal .

Dalam konflik ini bantuan khusus akan ditemukan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling. Melalui layanan Bimbingan dan Konseling  siswa dipandang sebagai pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya, oleh karena itu memerlukan pendekatan layanan secara pribadi.

Mengingat pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah maka diperlukan perencanaan  yang sistematis  dan matang sehingga dapat dicapai tujuan secara efektif sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah.

Berikut ini merupakan hal-hal yang terkait dengan Program Bimbingan Konseling :

1. BP BK bab4

2. BP BK FINAL

3. PROGRAM BIMBINGAN KONSELING SEMESTER

4. PROGRAM BIMBINGAN KONSELING SEMESTER-3

5. SILABUS BK10-2008(genap)

6. Bp bk cover

7. SILABUS BK10-2008

8. KTSP BK

9. proposal_bk

10. SKLB-KELAS10

11. PROG BPBK

12. PROGRAM-BK

Diposkan pada Dikdas, Dikjur, Dikmen, Dikti, Pendidikan

LAIN-LAIN TENTANG BIMBONGAN KONSELING

Ada beberapa perlengkapan yang diperlukan dalam penangan siswa terkait dengan bimbingan konseling / bimbingan penyuluha, seperti : alat ungkap masalah, kartu siswa, tugas BK, rekap tugas, dll.

Berikut saya sampaikan beberapa hal yang berhubungan denhan hak tersebut :

1. Kartu_konseling_Wali_Kelas

2. Kartu-Konseling

3. Laporan Layanan Konseling Individu

4. Laporan Mingguan dan Harian

5. rekap_pelanggaran_siswa

6. Tata tertib sekolah

7. TUGAS BK

8. alat-ungkap-masalah-siswa

9. satuan kegiatan layanan BK

Diposkan pada Dikdas, Dikjur, Dikmen, Dikti, Pendidikan

MODUL KEGIATAN BK

Dalam perjalanan pendakian hidup ini banyak ditemui bermacam – macam tipe manusia.

Ada tiga tipe besar manusia, yakni :

Tipe “Quitters” (orang – orang yang berhenti)

Mereka berhenti dan memilih tidak mendaki lagi, keluar, mundur dan menghindari kewajiban, tidak memanfaatkan peluang / kesempatan yang ditawarkan dan diberikan Tuhan dalam hidup ini.

 Tipe “Campers” (orang – orang yang berkemah)

Mereka giat mendaki tetapi di tengah perjalanan bosan, merasa cukup dan mengakhiri pendakian dengan mencari tempat datar dan nyaman untuk membangun tanda perkemahan kehidupan ini.

 Tipe “Climbers” (para pendaki sejati)

Orang – orang yang seumur hiduo membaktikan diri pada pendakian menuju kehidupan sesungguhnya di hari akhir nanti.

Hal tersebut di atas merupakan bagian dari MODUL BK. Bila mau tahu lebih lanjut berikut ada beberapa contoh modul BK.

modul-kegiatan-1

modul-kegiatan-2

modul-kegiatan-3

Diposkan pada Dikdas, Dikjur, Dikmen, Dikti, Pendidikan

BIMBINGAN KONSELING (BK) SMK, SMA, SMU, MA

great

 

 

 

 

Apa itu Potensi Diri ?

Potensi artinya kemampuan atau kekuatan, yang bersifat fisik maupun psikis. Namun Potensi itu masih merupakan kekuatan dasar (“modal dasar”) yang harus diwujudkan dan dibuktikan secara nyata. Bila tidak demikian, maka potensi itu akan terpendam.

Contoh : Bila seseorang siswa disebut berpotensi tinggi seharusnya prestasi belajarnya juga terbukti baik.

Potensi diri adalah semua kekuatan, kelebihan, kecakapan yang dimiliki oleh seseorang, baik yang dibawa sejak lahir                ( secara genetik ) maupun yang diperoleh dari pengalaman dan pelajaran (pendidikan).

(Sumber : Paket I Bimbingan karier, Depdikbud, 1984)

Nah, apa saja potensi Anda ? Bukankah setiap orang diberi sejumlah kekuatan dan kelebihan tertentu !?

Berikut ada beberapa silabus terkait dengan BP/BK SMA, SMK, MA, SMU

1. Silabus_RPP_Sosial

2. Silabus_RPP_Pribadi

3. Silabus_RPP_Karir

4. Silabus_RPP_Belajar

5. SILABUS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS KOMPETENSI

Diposkan pada Dikdas, Dikjur, Dikmen, Dikti, Pendidikan

PENENTUAN KKM (KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL) UMUM

KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran.KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah.Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0 – 100.Nilai ketuntasan belajar maksimal adalah 100.Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah nilai ketuntasan belajar maksimal.Nilai KKM harus dicantumkan dalam LHBS.

to download, click here : Penetapan KKM umum

=============================================

I welcome any suggestions or criticisms  from you, on my blog. So don’t forget to leave a comment.

Thank you…

by Jaeni Supratman