Pagi belumlah lebar membuka mata dan sang fajar pun masih enggan untuk menghangatkan bumi Tuhan, ketika kumandang adzan shubuh saling bersahut-sahutan mengingatkan setiap hamba untuk bangkit dan menyadarkan diri bahwa kewajiban telah menanti. Kewajiban akan seorang hamba yang harus taat melaksanakan terintah Tuhan-nya. Tak terkecuali untuk dia, lelaki setengah baya yang kini terbaring lelap dalam tidur, diruang tiga kali empat meter, yang hanya berisi tempat tidur, satu buah meja kerja, satu lemari pakaian dari kayu peniggalan sang kakek yang sudah Nampak lapuk, dan dua buah rak buku yang hampr tak mampu menampung buku-buku yang dibaca oleh lelaki setengah baya itu. Kamar yang hanya beratapkan plafon yang terbuat dari triplek, disana tergantung satu buah lampu yang menerangi lelaki setengah baya itu ketika membaca dan bekerja. Dindingnya dengan warna hijau muda, yang selalu dijadikan peraduan setiap malam olehnya. Dua buah pintu yang berada di bagian depan dan samping kiri kamar itu, menambah sempit kamar tiga kali empat meter itu.
Wajah yang selalu terlihat lelah setiap akan beranjak tidur, kini terlihat nampak pucat dan gelisah. Tiak tahu apa yang terjadi, namun kegelisahan yang sepertinya berasal dari mimpi malam ini. Kegelisahan yang jarang dirasakannya. Kain sepanjang satu meter setengah yang biasa untuk selimutnya, seperti sudah tak terurus, seperti terbang dan lari dari badannya. Kain itu tergeletak dilantai, menyatu dengan sebuah sajadah lusuh yang biasa dia gunakan untuk mengadu pada Tuhan, ketika semua manusia tenang dalam tidurnya. Dan hanya sesosok tubuh, pucat, gelisah, dan terlihat penuh ketakutan.
“Uhuk…uhuk…uhuk… ..”
Terdengar suara batuk penuh dahak dari lelaki setengah baya itu. Dan karena batuknya, kini dia terduduk penuh cemas, sambil melihat samar tangan kanan yang menutup mulutnya. Tanpa merubah posisi duduknya, dia pun berbisik lirih “Asatagfirullah hal adzim… Yaa Rabb, berilah saya kekuatan untuk melewati ini semua, karena taka da keuatan yang bias melawan ini semua selain dari pada kekuatan Engkau.” Lanjutkan membaca “CERITA DIUJUNG SENJA”